Ketika
awal masuk kuliah semester 1 adalah masa-masa yang cerah bagi Pitaloka. Suasana
baru menyelimuti Pitaloka di kota yang lain dari biasanya, teman-teman yang
lain dari biasanya, lingkungan yang lain dari biasanya, dan juga cuacanya yang
berbeda dari biasanya. Kini Pitaloka sudah mahasiswa bukan lagi siswa dan lagi
Pitaloka udah bebas.
Bebas
itu tanggung jawab. Walaupun bebas pergi sampai malem, bebas ngapain saja, tapi
di sana, hanya bisa bersandar pada diri sendiri. Apa-apa sendiri, ngurus apapun
dengan sendiri. Jadi walaupun bebas, harus bebas yang bertanggung jawab.
Pitaloka bebas pergi makan atau sekedar hang out sampai tengah malam. Tapi konsekuensinya,
seandaikan esok harinya ada tugas atau kuis, Pitaloka belum sempat belajar
ataupun mengerjakan tugas. Tidak ada yang bisa menolong Pitaloka kecuali Tuhan
dan diri Pitaloka sendiri. Jadi apapun yang Pitaloka lakukan akan selalu ada
konsekuensinya.
Sebagai
besar mata kuliah di semester 1 tergolong mudah, mudah jika dibanding dengan
mata kuliah yang akan datang. Tapi, kata ‘mudah’ itu sangat relatif. Yang mudah
bagi seseorang belum tentu mudah bagi orang lain. Tapi di perkuliahan, semua
orang harus bisa mencapai standar yang sudah ditentukan. Tidak peduli rajin
atau malas, pintar atau kurang pintar, jadi harus mencapai standar tersebut.
Ketika dalam ergonomi dikenal istilah “Fit the job to the man” di sini, mau
tidak mau, yang berlaku adalah “Fit the man to the job”.
Kalau menurut
Pitaloka, kategori orang yang pintar dan bodoh itu tidak ada. Yang membedakan
otak kita dengan orang lain adalah daya tangkap. Ada orang yang menangkap
pelajaran dengan cepat dan mengerti dengan baik. Tapi ada juga orang yang tidak
bisa menangkap pelajaran dengan cepat. mereka perlu dijelaskan pelan-pelan atau
harus diulang berkali-kali, baru yang masuk dalam kategori kedua.
Daya tangkap
Pitaloka bisa dikatakan lebih lambat dibandingkan dengan kebanyakan teman-teman
Pitaloka. Entah apa yang menyebabkan hal ini. Seringkali ketika dosen
menjelaskan materi dan menanyakan apakah semua mahasiswa mengerti, kebanyakan
teman-teman Pitaloka menjawab Ya atau mengangguk, sedangkan Pitaloka masih
harus mencerna apa yang tadi dijelaskan.
Jujur saja,
Pitaloka ini orang yang mudah bosan. Pitaloka tidak tahan duduk diam untuk
memperhatikan pelajaran dalam waktu lama. Kurang lebih Pitaloka hanya tahan 1
jam, Pitaloka cenderung mengantuk atau pikiran Pitaloka melayang ke mana-mana.
Bisa dikatakan , Pitaloka alergi dengan kebosanan. Nah, kedua hal di atas
adalah penghalang saya dalam belajar.
Pekan UTS (ujian
tengah semester) untuk semester 1 telah tiba, Pitaloka masih menggunakan cara
belajar sewaktu Pitaloka masih SMA. Sistem yang di buat sistem kebut semalam,
sistem tersebut adalah andalan Pitaloka pada saat itu. Pitaloka bisa puas
bermain dan bersantai hingga matahari mulai tenggelam, baru Pitaloka panik dan
mengurung diri di kamar untuk belajar. UAS pun juga gitu. Alhamdulillah IP
Pitaloka lumayan masih di atas 3,5.
Tiba di semester
2 karena apa dan mengapa IP Pitaloka itu turun jadi di bawah 3,5. Dan tiba di
semester 3 pekan UTS Pitaloka terjatuh sakit 2 setengah bulan, dan tidak masuk
kuliah 2 bulan karena terjatuh sakit infeksi lambung. Masuk-masuknya Pitaloka
udah lumayan sembuh dan pas itu awal UAS. Pitaloka mengikuti UAS sampai
selesai. Sesudah selesai UAS Pitaloka menyusul UTS dan tugas-tugas yang
Pitaloka ketinggalan. Dan IP Pitaloka
turun, alhamdulillah masih di atas 3,00. Pitaloka sangat bersyukur walaupun
nilai 1 mata kuliah mendapatkan D dan mata kuliah mendapatkan nilai C. Padahal
di waktu Pitaloka di semster 1 dan 2 Pitaloka tidak pernah mendapatkan C dan D.
Semester 4 telah
tiba, eksperimen kembali dimulai. Pitaloka sudah membeli sebuah buku catatan
dan buku pegangan mata kuliah baru. Sampai sekarang Pitaloka sedang menempuh
semester 4.
Pitaloka sesudah
selesai kuliah atau LULUS perguruan tinggi negeri cita-cita Pitaloka itu ada 2.
Pitaloka ingin masuk ke Pemda atau guru
(PNS) . dan juga harus (wajib) sukses di Dunia Akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar